Saturday, September 03, 2011

Tradisi Bagi Fitrah

Dikeluarga istriku biasa tradisi pemberian fitrah. Dari kakak yang paling tua ke adik yang paling muda, atau bisa juga sebaliknya, semua memberi, berapapun jumlahnya. Saya kira memberi dalam bentuk angpau, ternyata lembaran uang kebanyakan langsung diberikan tanpa amplop. Dalam momen Lebaran, yang terpenting adalah saling memberi, momen yang tidak mudah dilupakan, rutin setiap tahunnya. Di dalam tradisi keluargaku tidak selalu ada ritual ini. Suatu hal yang berbeda ketika aku masuk dalam lingkungan keluarga ini. Apalagi di keluarga istriku ini sekali berkumpul bisa 50 orang termasuk anak kecil.

Mas Hudip sedang membagi fitrah
Acara arisan
Acara arisan bulanan juga ada, kadang disatukan dengan lebaran dan membuat acara berkumpul semakin seru. Berkahnya anak kecil, biasanya yang paling banyak mendapat uang fitrah. Saya sendiri juga langganan mendapat uang fitrah walau tidak banyak, namun lumayan juga. Alhamdulillah. Namun tidak ketinggalan kami pun membuat amplop yang diisi uang untuk dibagikan juga walau tidak banyak, karena istriku terhitung anak bungsu, walaupun sudah banyak sekali keponakannya.

Mbak Nyumik sedang membagi fitrah ke Nabila

Tentang Makanan
Banyak sekali makanan yang dihidangkan sewaktu perkumpulan keluarga ini. Dari makanan yang besar sampai snack yang terhidang di meja.  Masakan di rumah istri saya yang pernah saya cicipi, sebagian besar adalah makanan seperti daging dan jerohan, jarang sekali menu seperti sayur lodeh, tempe goreng, atau telur, hahaha ya iyalah itu menu seadanya. Berbeda dengan masakan yang selalu kutemui di rumah istriku yaitu seperti sop atau sayur asam dengan potongan daging, otak goreng, daging, ayam, ikan, hati, kikil. Beberapa jajanan khas disana yang selalu ditemui adalah tape ketan dibungkus daun. Memang hidangan tersebut terasa biasa bagi orang wilayah tersebut, namun lain halnya untuk tamu dari kota lain. Pernah suatu ketika saya melihat om saya yang pernah berkunjung di rumah isteri saya pada waktu acara perkenalan keluarga di tahun 2010 silam, om saya tidak bisa berhenti untuk menikmati tape ketan tersebut. Memang rasanya manis dan segar jika dimakan siang2 yang panas.
ilustrasi tape ketan, isinya berwarna putih

Sederhana, namun acara keluarga ini menjadi pelajaran bagi saya perihal kebersamaan dan tradisi. Pada awalnya aku masuk dalam keluarga ini dengan menjadi suami dari anak terakhir Bp Sri H Surasmo ini selalu kesulitan dan membutuhkan waktu untuk menghafal dan mengenal satu persatu keluarga yang terdiri dari kakak serta keponakan semua. Namun setelah mengenal satu persatu beserta karakteristik mereka, tampaknya saya sudah bisa menikmati memiliki keluarga besar seperti ini.

















Keramaian pas bagi fitrah ini tidak ternilai harganya, semua kebersamaan, silaturahmi, gelak tawa kebahagiaan. Seharusnya memang karena ini adalah momen lebaran. (kamera video diambil oleh den Condro-putra Mas Basuki. Semoga momen setiap tahun ini bisa terus berlangsung, bahkan di keluarga besar Ibu saya mulai akan melangsungkan kegiatan rutin silaturahmi kembali, karena sudah lama tidak diselenggarakan.



No comments: