Siang
itu, kembali seperti biasa, terkadang kita harus berurusan dengan bank, iya
transfer uang di bank.
Kurang lebihnya seorang petugas bank dengan nada ramah menyapa "Selamat Pagi saya dengan Lina bisa dibantu?" sambil menangkupkan kedua tangannya di dada seperti menyembah. Bibirnya yang ditarik senyum sopan terlihat ramah namun serasa hanya seperlunya saja. Pelayanan cepat sigap ramah, semuanya lengkap sudah sesuai dengan Standar Pelayanan.
Setelah selesai dilayani, ybs menanyakan "ada lagi yang bisa dibantu Bapak Ari?" Sudah Mbak saya lalu beranjak pergi.
Setelah keluar dari bank tersebut, jika dipikir dengan logika memang saya puas dengan pelayanan tersebut. Sudah cepat dan sigap. Namun perasaan di hati ini juga ikut menilai, terlihat dari ekspresi keramahan petugas tadi, sepertinya memang ramah, namun terlihat di sisi luar derajat penglihatan bola mata saya walau enggak menatap langsung ybs,, terlihat senyumnya hanya seperlunya saja.
Entah saat itu bagamana suasana hatinya, apakah seharusnya bukankah ketika seseorang tersenyum itu seharusnya hatinya benar2 senang?
Kurang lebihnya seorang petugas bank dengan nada ramah menyapa "Selamat Pagi saya dengan Lina bisa dibantu?" sambil menangkupkan kedua tangannya di dada seperti menyembah. Bibirnya yang ditarik senyum sopan terlihat ramah namun serasa hanya seperlunya saja. Pelayanan cepat sigap ramah, semuanya lengkap sudah sesuai dengan Standar Pelayanan.
Setelah selesai dilayani, ybs menanyakan "ada lagi yang bisa dibantu Bapak Ari?" Sudah Mbak saya lalu beranjak pergi.
Setelah keluar dari bank tersebut, jika dipikir dengan logika memang saya puas dengan pelayanan tersebut. Sudah cepat dan sigap. Namun perasaan di hati ini juga ikut menilai, terlihat dari ekspresi keramahan petugas tadi, sepertinya memang ramah, namun terlihat di sisi luar derajat penglihatan bola mata saya walau enggak menatap langsung ybs,, terlihat senyumnya hanya seperlunya saja.
Entah saat itu bagamana suasana hatinya, apakah seharusnya bukankah ketika seseorang tersenyum itu seharusnya hatinya benar2 senang?
Hal itu sudah dimaklumi dimana saja karena petugas tersebut manusia biasa, bisa saja belum sempat sarapan, atau ada permasalahan keluarga, badmood, atau sedang tidak fokus dengan pekerjaan. Gpp, toh dia juga "terlihat" ramah, cepat melayani, terus kurang apa?
Bekerja dengan hati, tidak semua orang bisa melakukannya secara terus-menerus, apalagi jika kita merasa jenuh dan stress.
Scene itu mirip dengan scene berikut ini. Mirip itu ga selalu sama konteksnya..
....
Kala itu masih sore tapi perut sudah lapar dan saya pingin mampir ke sebuah resto yang tiap hari saya lewatin. Sebuah resto malaysia yang menjual Nasi Lemak. Restoran tersebut memang baru buka, tapi tidak tergolong baru sekali.
karena lewat setiap hari di resto itu, saya mengamati proses pembangunan restonya, dari awal sampai akhir.
memang sebelumnya di tempat tersebut beberapa kali berubah jenis usaha entah itu penerbangan yang sama atau enggak, dari bisnis resto, bengkel spooring mobil sampai sekarang ini resto lagi dan kesemuanya tidak pernah lama bertahan karena sepi pelanggan. Entah apa yang membuat sepi, padahal terletak di tempat strategis.
yang bikin saya tertarik adalah resto nya yang lagi-lagi sepi pengunjung. Wah kenapa ya, padahal makanan terdengar unik, belum ada resto sejenis di kota ini, tempat strategis, tempat yang dibikin semacam cafe, dengan ruang ber AC, dua tingkat. Untuk selfie juga bagus karena desain restonya sengaja dibikin cukup unik. Tapi mengapa masih sepi aja?
Ini yang bikin penasaran..
e-marketing? Sosmed? ada kok, saya pernah melihat Instagram dan berbagai ulasan di media cetak maupun online ketika saya sedang membaca berita lokal. Lalu apa lagi?
Tampaknya owner dari resto ini tidak kalah cerdik juga.
Pernah ada cerita strategi sebuah rumah makan soto ayam kawakan di sebuah Ibu kota salah satu provinsi yang pada awalnya sepi pengunjung?strategi klasik, pemilik rumah makan soto ayam ini mengharuskan karyawannya membawa kendaraan, motor atau apapun tunggangannya untuk diparkir di depan warung soto tersebut agar terlihat ramai pengunjung.
Ternyata memang iya,setelah beberapa lama lambat laun warung soto tersebut mulai bikin penasaran pengunjung, disamping memang karena lezatnya soto yang dijual, sehigga sampai sekarang jadi rumah makan soto sukses dan legendaris.
Lain cerita dengan Resto ala malaysia tadi, setelah beberapa waktu resto beroperasi, terlihat sepi pengunjung. Terlihat dari parkirannya. Tapi akhir2 ini banyak mobil yang parkir di depan resto tersebut. Sampai-sampai ga ada lahan parkir yang kosong.
Tiap hari lewat situ tampaknya mobil yang parkir didepan resto tersebut tidak bergerak, tidak ada aktifitas mobil datang dan pergi seperti resto-resto sebelahnya, bahkan tukang parkirnya pergi. Iya tepat sekali dugaan saya, mobil-mobil bagus itu entah milik siapa namun seperti ditata rapi parkir didepan resto. Maklum tiap hari liwat situ, karena rumah saya memang dekat sekali.
Dan tetap saja, sampai saat ini resto tersebut tetap saja belum bisa mendongkrak pengunjungnya. Strategi bisnis sekarang beda dengan 10 tahun yang lalu, 20 tahun yang lalu. Konsumen saat ini sudah lebih obyektif dari segi rasa, harga karena saat ini era-nya culinary reviewer.
.....
Kedua scene diatas beda banget tapi sama, terkadang strategi bisnis untuk mendongkrak penjualan itu without heart alias tidak menggunakan hati, eh masih kurang, hati yang tulus maksudnya. With sincere heart?
Hati yang tulus, seperti apa maksudnya?
kita masuk ke scene yang selanjutnya.
.
..
..
...
Beberapa bulan yang lalu giliran ketempatan arisan di suatu kampung RT selalu ditolak oleh ibu-ibu karena alasan repot. Maklum dikawasan tersebut kebanyakan sudah pensiunan, bahkan banyak yang manula, kerap kali mereka harus jauh dari anak-anak dan cucunya yang berlainan kota. Selalu alasan itu yang membikin susahnya menentukan giliran tersebut. Sekali tempo pernah undangan Arisan RT datang ke rumah dan tertulis tempatnya yaitu salah satu resto baru terdekat dari kampung ibu-ibu tersebut. Wah terkesan beda, modern dan gak repot. Ternyata resto tersebut menerima arisan Ibu-Ibu RT dengan memberikan space sebagian dari resto dengan durasi 2 jam.
..
..
...
Beberapa bulan yang lalu giliran ketempatan arisan di suatu kampung RT selalu ditolak oleh ibu-ibu karena alasan repot. Maklum dikawasan tersebut kebanyakan sudah pensiunan, bahkan banyak yang manula, kerap kali mereka harus jauh dari anak-anak dan cucunya yang berlainan kota. Selalu alasan itu yang membikin susahnya menentukan giliran tersebut. Sekali tempo pernah undangan Arisan RT datang ke rumah dan tertulis tempatnya yaitu salah satu resto baru terdekat dari kampung ibu-ibu tersebut. Wah terkesan beda, modern dan gak repot. Ternyata resto tersebut menerima arisan Ibu-Ibu RT dengan memberikan space sebagian dari resto dengan durasi 2 jam.
Cukup
praktis dan simpel pramusaji yang baik tak dan cekatan karena cuman
menghidangkan snack dan teh hangat untuk acara sederhana tersebut, bahkan jika
ada yang memesan makanan dari luar resto itupun kebijakan resto itu sangat
fleksible, boleh-boleh aja. Sama saja, namun tuan rumah ketempatan arisan ga
akan repot. Terus, dimana letak keuntungan resto? padahal disaat yang sama
space tersebut bisa digunakan oleh pelanggan lain yang jelas lebih
menguntungkan.
Kata yang pantas untuk resto ini "AJAIB". Resto yang baru buka ini pelan-pelan mulai terkenal dan dikunjungi banyak pelanggan, ya selain rasa dan varian menunya juga cukup unik, namun pesona ini tidak dapat dipisahkan dengan scene yang terjadi di 1 paragraf sebelumnya diatas...
Tidak mengherankan memang, karena helpfullnya pemilik resto ini dengan kepentingan warga dan masyarakat sekitar, citra baik mulai didapati. Mulai dari parkir, rekomendasi positif di medsos, pembicaraan antar tetangga, sederhana,, namun aura yang didapat dari masyarakat sekitar juga menjadi penting.
Inilah
strategi hutan rimba, memikat pelanggan bukan dari yang jauh-jauh dulu namun
dari radius terdekat dahulu, tetangga, lingkungan sekitar, lama2 meluas.
Kepedulian resto kepada kepentingan masyarakat sekitar membawa hawa yang
positif untuk mendongkrak penjualan resto dalam waktu singkat maupun jangka
panjang. Dan benar saja sampai saat ini resto tersebut selalu terlihat ramai
pengunjung.
Apakah scene diatas adalah strategi bisnis with heart? disadari atau tidak oleh owner resto tersebut, jawabannya adalah iya.
Jaman
modern sekarang ini sudah sepantasnya prinsip strategi bisnis lebih
mengedepankan heart, karena banyak pelanggan dan masyarakat ini sudah semakin
pintar.
Contoh
lainnya ;
Kita
memang senang dipanggil kakak ketika sedang berbelanja di mall karena merasa
lebih mudaan dan gaul, tapi apa orang ubanan masih pantas dipanggil kak. Atau
pramuniaga yang udah emak-emak manggil "kak" anak SMP,, hmm.
Panggilan itu memang populer akhir-akhir ini di dunia jual beli. Seperti
panggilan "bos" yang lebih dulu populer di dunia jual beli. Namun
panggilan bos itu terlalu berlebihan,, ada yang gak suka dipanggil bos. Tapi
apa bedanya dengan kakak? Saya pikir sama saja..
Lalu
apa arti artikel dan scene-scene di atas? Bagus juga untuk kita pelajari dunia
bisnis jual beli apa saja, sebagai pelanggan di dunia modern ini kita lebih
bisa fokus kepada produk atau pelayanan yang benar-benar kita butuhkan, dan
semakin pintar. Banyak pengalih fokus dalam penentuan keputusan pembelian suatu
produk dalam jual beli. Terkadang kita kecewa setelah membeli produk, iya karena
kita gak fokus kepada produknya,, bisa saja kita terkena "pengalih
fokus". Pengalih fokus bisa berupa promo, diskon termasuk pelayanan
without heart tadi. Sekian dulu ngopi santainya, karena kopi juga sudah habis
mari beraktifitas kembali.
Salam
pelanggan dan penjual pintar.
-ariestu-
No comments:
Post a Comment