Tuesday, September 17, 2013

Ganti pelumas mobil sendiri

Setelah sebelumnya memakai pelumas Castrol Magnatec 10W-40 API SN, selama ini tarikan mesin ringan, konsumsi bahan bakar tidak terasa ada perubahan, tetap saja tergantung dari perilaku pengemudi, suara mesin terdengar halus namun lebih bergetar karena mungkin tipikal oli mesin yang encer dipakai di boil jadul. Pelumas botol hijau tua bertutup merah seharga 285.000/4 liter ini kuberikan apresiasi karena memang cocok untuk boil ane. Walau dipakai mendekati 4000 km dengan pemakaian lebih dari 4 bulan, kondisi mesin masih ringan dan stabil untuk lari 130 km/jam. Kondisi pelumas yang berubah coklat menandakan pelumas membersihkan dengan baik mesin boil. Mesin boil di pagi hari dapat start lancar, dan terdengar halus tidak ada suara mie tek2 tanda pelumas mengalir lancar dalam kondisi mesin dingin. Namun kekurangan dari pelumas ini yang terjadi pada boil saya adalah penguapan yang berlebihan, sampai penggantian oli yang baru saja dilakukan sisa 1/2 liter cadangan oli habis tanpa sisa untuk menambah volume oli (top-up) ke dalam mesin jika ukuran ketinggian oli pada deepstick berada pada batas bawah. Padahal oli belum digunakan sampai 4000 km.
Oli Mesin Castrol10-40
Maka saya berniat setelah pulang dari perjalanan Tawangmangu akan mengganti oli Si Timor ini segera, namun dengan merek lain. Saya bermaksud mengganti merek oli karena Castrol magnatec harganya terus naik tidak stabil padahal baru 3 bulanan, dan faktor penguapan yang berlebih dibandingkan oli sebelumnya yaitu Prima XP 10w-40 API SL. Sampai sekarang masih ada sisa olinya. Selanjutnya ane pingin coba produk dalam negeri lagi karena terlanjur pakai mindset cinta produk Indonesia untuk kebanyakan produk yang saya pakai. Produk yang dimaksud adalah FASTRON 10W-40 API SL/CF kemasan 4 Liter. Karena membaca di berbagai blog, pelumas ini bermutu tinggi. Sebenarnya oli ini keluaran lama, karena versi FASTRON terbaru yang diluncurkan adalah API SN. Namun masih sulit mendapatkan produk itu dipasaran saat ini dan pasti harganya beda.

Mobil:
  • Merek : Timor S515i
  • Pabrikan : KIA
  • Tipe : injeksi, DOHC
  • Tahun : 2000
Pelumas Awal
  • Castrol Magnatec
  • SAE: 10w-40
  • API: SN
Pelumas baru
  • Fastron
  • SAE: 10w-40
  • API: SL
Ganti pelumas sendiri karena malas antre di bengkel.
Terinspirasi dari acara2 TV yang menunjukkan kehidupan orang barat, mereka selalu mengerjakan sesuatu sendiri dengan mandiri untuk hal2 kecil seperti mengganti oli, mengecat rumah, merakit mobil atau motor tua impian, tidak serta merta memakai jasa orang lain atau bengkel. Karena semua sudah ada ilmu nya di internet dan ketersediaan peralatan dan suku cadang mudah di negara mereka. Maka ane pun ingin seperti itu dan diharapkan akan mendapatkan kepuasan tersendiri. Tanggal 12 September 2013, ane memutuskan untuk mengganti pelumas sendiri, pas ada waktu luang karena libur shift 1 hari. Tidak susah menemukan baut carter oli saya tanpa harus mendongkrak dan ngolong, filter oli juga dengan mudah dapat dijangkau dari atas.

Dengan informasi yang didapat dari googling maka alat yang dibutuhkan:
1. Kunci pas no 19 untuk membuka baut pembuangan oli.
2. Tampungan oli bekas, botol bekas oli Prima XP 4 liter dipotong salah satu sisinya
3. Filter oli original warna biru merek Hyundai Rp. 35.000,- (toko onderdil mataram) 
Filter Oli
4. Pertamina Fastron 10W-40 API SL/CF kemasan 4 Liter Rp. Rp. 225.000,- (hypermart)
Oli Fastron 10-40
5. Lap kering seadanya.
6. Blackberry untuk browsing petunjuk yang diperlukan.

Mulai Ganti Oli
Setelah sarapan bubur ayam dan minum teh anget, ane mulai aktifitas garasi. Dengan hati2 kubuka sedikit kekencangan baut carter pembuangan oli dengan kunci pas 19. Ternyata sangat mudah karena mungkin sebelumnya montir bengkel shop n drive tidak mengencangkan baut carter terlalu kencang berlebihan. Baut tersebut hanya dikendurkan sedikit. Kubuka penutup kap mesin untuk mengetahui letak filter oli yang cukup tersembunyi. Kuputar dengan tangan perlahan2 filter berwarna putih merek sakura seharga 25.000 yang 3 bulan lalu kubeli di salah satu toko di Jl mataram. Saya berniat menggantinya agar sirkulasi oli bertambah lancar dan bersih. Sama dengan baut carter oli tadi saya hanya memutar sedikit memastikan bahwa ulir filter oli tersebut dapat dibuka sendiri tanpa harus ke bengkel. Setelah baut karter dan filter dipastikan dapat dibuka sendiri, mulailah persiapan untuk mengganti oli. Berbagai macam sumber di google menyarankan memanaskan mesin 10 menit sebelum mengetab oli agar oli berubah encer.

Kubuka baut oli carter dengan hati2, ternyata bautnya pendek, dan oli sudah keluar dan segera kutampung di tempat yang telah disediakan. Sambil menunggu oli menetes sampai tetes terakhir, sambil mengelap tangan yang sedikit terkena oli bekas yang hangat, kucoba mengganti filter oli dengan yang baru. Tidak mudah melepas filter oli karena posisinya, tapi kalau sudah terbiasa, sangat mudah. Setelah filter oli terlepas, kubuka filter oli yang baru merek Hyundai dan melapisi bibirnya dengan oli baru sesuai petunjuk di kemasan. Pasang 1 putaran maksimal 360 derajat setelah bibir filter menyentuh mesin, dan selesai. Setelah sekitar 1,5 jam menunggu oli menetes, kututup baut pembuangan dan tinggal mengisi dengan oli Pertamina merek Fastron, dengan takaran mendekati 3,5 liter. Nyalakan mesinnya, brum! lalu periksa kebocoran, hasilnya aman2 saja dan selesai sudah. Ternyata kalau mengerti caranya mudah saja dan hemat waktu pada antre di bengkel.

Setelah 1 minggu menggunakan oli FASTRON 10W-40 API SL/CF ini dirasa lumayan untuk akselerasinya, namun suara lebih kasar sedikit dibanding menggunakan CASTROL MAGNATEC sebelumnya, mungkin karena oli belum menyesuaikan dengan mesin. Namun ini sudah cukup bagus karena dengan harga yang lebih terjangkau karena buatan dalam negeri dan sudah mencukupi Standar API service SL. Yang dibutuhkan si  timor hanya standar API SJ yaitu dibawahnya. Tiap bertambahnya km dan waktu oli dapat menyesuaikan kondisi mesin. Semoga memang benar FASTRON ini berkualitas dan baik mutunya sehingga bisa saya jadikan langganan tiap ganti oli. Yang penting oli ini sesuai rekomendasi timor dan melampaui standar API yang dibutuhkan, dengan penggantian rutin, Insyaalloh mesin bisa awet dan bertambah lama usianya.

Monday, February 04, 2013

Just Malioboro..

Bismillah, hari itu Jumat Tanggal 1 Februari 2013 selepas jumatan, aku dan istri tercintaku bersiap-siap untuk perjalanan ke Kota Yogyakarta yang sudah lama sekali tidak kami kunjungi berdua. Kami tidak sedikitpun memiliki rencana ke kota tersebut untuk berjalan-jalan ke pantai atau wisata alam lainnya. Aku dan istrikupun sepakat untuk ke MALIOBORO karena tujuan ini sudah bertahun-tahun kami tinggalkan karena kemacetannya disaat hari libur sewaktu di Yogjayakarta. Jam 1 siang selepas Ibadah Jumatan, istriku sudah ngepack baju secukupnya, ke dalam tas traveling kami. Rencananya kami akan menginap semalam saja. Rencanapun tidak pasti untuk menginap di hotel mana. Kata isteriku tercinta, itu seninya ke Yogya yaitu sewaktu mencari penginapan, jadi jangan terlalu khawatir untuk hal tersebut. 

Ariestu & Dewi

Baik, kalau begitu akupun tambah yakin karena isteriku sudah siap dengan prinsipnya yang mantab. Semua sudah siap termasuk perlengkapan mandi, sikat gigi, handuk, sabun mandi dan pakaian kami berdua yang cukup dimasukkan ke dalam tas. Maklum mumpung kami belum dikaruniai anak jadi sementara perginya berdua saja. Sambari menyiapkan semuanya kami menawarkan ibu (mamaku) untuk ikut ke dalam traveling kami, namun ibu serta merta menolak halus karena mungkin keesokan harinya sudah ada janji dengan rekan seperguruan senamnya untuk SSI (Senam Sehat Indonesia) yang selalu rutin dilakukan setiap hari kamis dan sabtu. Oke lah kalau begitu kami berpamitan untuk segera berangkat. Akupun mempersiapkan kendaraan untuk perjalanan tersebut, yaitu mobil jadul Timor saya, sebelumnya aku harus ngecek kondisi tekanan ban, air radiator dari kebocoran, kondisi ketinggian oli mesin, oli transmisi, air accu, setelah hasilnya semuanya dipastikan normal, maka kami siap berangkat.

Timor tunggangan sehari-hari

Saatnya berangkat start dari Semarang kurang lebih pukul 2 siang. Semua barang kebutuhan sudah dimasukkan ke bagasi, termasuk kami juga membawa netbook dan modem untuk browsing dan ponsel nokia 5800 milikku untuk di pakai GPSnya serta multicharger untuk mengisi baterai ponsel di mobil. Kami hanya berbekal uang secukupnya untuk membeli bensin, air minum dan snack. Saat berangkat, kami mengisi bensin 100 ribu premium atau sekitar 22,22 liter (waktu itu 1 ltr bensin masih Rp. 4500. Sebagai perkiraan dengan asumsi bahan bakar mobil paling boros 1:8 (1 liter untuk 8 km), walau sebenarnya timor saya ini bisa 1:10 lebih konsumsi BBMnya. Maka 22 liter sudah lebih dari cukup untuk perjalanan awal dari Semarang ke Yogyakarta. Tak lupa juga kami lakukan pengecekan tekanan ban agar perjalanan nyaman dan aman. Tekanan ban yang direkomendasikan disamping pintu adalah 29 psi untuk setiap ban, namun biasanya saya isi dengan tekanan angin biasa 30 atau 31 psi.

Perjalanan cukup lancar dengan masuk tol Jatingaleh dan keluar di tol Ungaran. Tarif tol Rp.2.000,- untuk sampai tembalang + Rp.5.500,- dari tembalang sampai ke Ungaran (depan DPRD), jalan tol lumayan untuk mempercepat perjalanan. Cuaca mendung, namun cukup panas jika berada di luar, untungnya pendingin mobil kami masih tergolong bagus jadi tidak terasa panas bahkan terasa sejuk. Mengetahui waktu yang sudah cukup sore kira2 jam setengah 3an, jalan mulai padat merayap dipenuhi truk dan juga mobil yang hendak melakukan perjalanan ke arah selatan, namun keseluruhan perjalanan masih bisa dibilang lancar. Kami mampir sebentar di Indomaret untuk membeli air minum dan kopi, serta sedikit snack untuk melepas dahaga dan lapar kami. Menyenangkan sekali bisa berpergian bebas seperti ini tanpa beban dan target atau misi2 tertentu. Setelah perjalanan lepas dari bawen belok ke timur ke arah Magelang/Yogya, perjalanan jadi agak santai karena kemacetan agak berkurang dan hawa menjadi lebih sejuk. Kami melewati jalan lingkar Ambarawa untuk menghindari kemacetan di daerah Pasar Ambarawa. 



Lewat sini, pemandangannya bagus

Pukul setengah 4 sore kami berhenti sebentar di pom bensin Magelang untuk Sholat Ashar dan buang air kecil. Melewati sepanjang jalan sebelum Muntilan, terlihat banyak sekali penjual Buah Durian yang ranum, serta sangat menggoda. Kami tidak mampir karena sedang tidak berminat dengan durian saat itu. Dewi, istri saya lebih memilih untuk mencari rambutan binjai nanti sewaktu pulang saja. (maksudnya dari pada durian kan mahal hahaha). Setalah beberapa waktu perjalanan kami sampai ke daerah Jombor (terminal) kota Yogyakarta, Dewi sibuk menelpon hotel yang informasinya didapati dari internet sebelum berangkat kemarin sore. Banyak sekali hotel murah pilihan wisatawan backpacker seperti kami. Backpacker adalah sebutan biasa bagi wisatawan yang memakai tas punggung, artinya wisatawan yang sengaja memilih liburan dengan biaya murah. Katanya banyak Hotel murah di kawasan Maliboro, Kaliurang atau dekat pantai Parangtritis. Selanjutnya tinggal memilih dari harga 90 ribu hingga 150ribu. Namun kebanyakan hotel murah dibawah 100 ribu yang selalu penuh. Hotel seharga 100ribu lebih, sengaja tidak masuk dalam daftar pencarian kami. Setelah banyak menelpon, hasilnya pun nihil karena ternyata semua hotel yang murah sudah penuh, dan jika ternyata ada kamar, kami tidak mengetahui tempatnya. Kami berdua hanya sedikit mengerti jalan di kota ini walau sudah sering bolak-balik kota Yogyakarta ini.



sering aja ngecek peta

Mobil sudah mengarah hampir masuk ringroad utara kota jogjakarta, waktu itu cuaca sedikit gerimis dan mendung pekat. Sudah benar kami menggunakan mobil untuk perjalanan ini. Kami memutuskan untuk mencari dahulu dari yang terdekat yaitu hotel didaerah Kaliurang (orang jogja menyebutnya Jakal artinya Jalan Kaliurang). Setelah menyusuri jakal mulai dari ringroad utara ke arah selatan ternyata tidak ada 1 pun hotel yang dimaksud, atau mungkin kami tidak bisa mencari sampai masuk ke gang. Pencarianpun sia-sia, namun kami pun tetap bersabar. Kupikir pencarian gelap mata ini tak kunjung selesai, maka kami pun memutuskan untuk mencari hotel murah disekitaran Malioboro saja. Menjelang Magrib kami sampai di daerah jalan Mangkubumi (jalan sebelum Maliboro kalau dari utara), sambil tengak-tengok kanan-kiri akupun menceritakan kepada Dewi, bahwa di pojok jalan Mangkubumi ini dekat dengan rel stasiun ada kucingan (orang Jogja nyebutnya Angkringan) yang bernama "Kopi Joss" yang terkenal. Sejarahnya adalah angkringan tersebut adalah angkringan yang berdiri pertama kali di Jogja. Sudah banyak orang terkenal di Indonesia yang melewatkan malam di tempat tersebut. Dewi pun sudah mengetahui akan hal tersebut, namun kami juga belum pernah ke tempat itu nongkrong berdua saja. Mobil lalu kuarahkan ke jalan Pasar Kembang (Sarkem kalau orang jogja bilang), karena ingin menghindari macet di Malioboro. Lagi pula daerah Pasar kembang ini dekat sekali dengan Malioboro. Nah di daerah ini terdapat banyak hotel yang murah ala wisatawan backpacker baik lokal maupun asing. Saya tidak ingin lebih lanjut membahas tentang sarkem, karena wilayah sarkem cukup terkenal.


I love Sarkem :), ambil kanan

Setelah sampai ke daerah tersebut kami memutuskan untuk memarkir Timor S515i kami di dalam parkiran stasiun Tugu bagian samping di jalan pasar Kembang tersebut. Mantab, parkiran stasiun tersebut tersedia banyak dan aman, bahkan 24 jam atau menginap hanya di kenakan tarif 12ribu rupiah semalam. Kami harus memarkirkan Si Timmy (begitulah sebutan umum untuk mobil Timor) di tempat tersebut karena memang hotel yang kami cari berada di dalam gang yang sempit, bahkan peraturan kampung tersebut jelas tertulis melarang sepeda motor dikendarai dan hanya bisa berjalan. Setalah si Timmy di parkir di tempat yang cukup pas, aku beserta istriku turun dan membawa tas seperlunya untuk mencari hotel yang dimaksud. Jarak parkiran tersebut dengan gang lokasi hotel sangat dekat, mungkin kurang lebih hanya 50 meter saja. 



Parkir di stasiun aja

Kami memasuki gang yang lokasinya tepat di antara jalan Pasar Kembang dan jalan Sastrowijayan dengan Jalan Maliboro di sebelah timurnya. Banyak sekali hotel murah dan kecil disana, bahkan bentuknya bisa dibilang seperti kos-kosan. Setelah kami memasuki gang tersebut banyak sekali orang yang menawari hotel dengan berbagai tarif, mereka penduduk sekitar yang berlaku sebagai semacam calo. Namun istriku menjawab halus akan mencari sendiri, kalau aku sendiri tampang cuek saja karena terus terang saya tidak suka kalau sedang mencari sesuatu lalu banyak sekali yang  menawari sana sini, sungguh menyebalkan. Karena setelah tengok kanan dan kekiri kami belum juga mendapatkan petunjuk mengenai hotel, kami mampir di tengah gang tersebut untuk Ibadah sholat magrib dahulu, kebetulan disitu terdapat mesjid, alhamdulillah. Setelah sholat akhirnya perhatian kami tertuju pada bangunan bertingkat dua yang ada plang bertulis HOTEL ... (namanya lupa). 



Menarik juga, gang sempit

Kami menuju ke tempat tersebut dan menanyakan ada kamar yang kosong tidak. Lalu kami disambut oleh pemuda dari dalam hotel tersebut dengan ramah dia menawarkan kamar kosong dengan fasilitas AC dan kamar mandi dalam, murah meriah katanya, dengan harga 125 ribu. Istriku bertanya apa ada yang lebih murah lagi dibawah 100 ribu dengan kamar mandi dalam?, pemuda itu menjawab, ada tapi kamar mandi luar, dan itu pun sudah penuh. Serta merta dia menjelaskan dengan agak sedikit tertawa (dalam hatiku dia agak mencibir) bahwa hotel dengan kamar mandi dalam didaerah sini tidak ada yang seharga dibawah 100 ribu. Istriku tidak serta merta begitu saja membenarkan perkataan pemuda itu. Namun dia bersedia membantu kami untuk menanyakan ke rumah sebelahnya yang juga menyediakan kamar. Kami pun mengikuti pemuda itu dan ternyata hanya rumah sebelah yang tadi kami lewati. Rumah tersebut tidak bertulis hotel, seperti rumah biasa dengan pemilik setengah baya dan istrinya. Rumah tersebut terlihat biasa sekali bahkan seperti kos2an dengan kamar-kamar di depan/ruang tamu. Pemuda yang tadi mengantarkan kami berteriak halus, "yaaaang, masih ada kamar gaaa", tadinya aku mengira dia memanggil seseorang wanita muda yang mungkin dipanggil dengan sebutan "sayang". Tapi ternyata aku salah, yang keluar adalah seorang kakek tua berambut putih dan bertampang ramah, sehingga dipanggil "eyang" oleh pemuda itu. Dalam hatiku "ngekek" (tertawa), tapi raut wajahku biasa saja. Pemuda yang tadi menanyakan apakah masih ada kamar oleh kakek berambut putih tersebut, dan ternyata penuh, waktu itu aku memang belum yakin saja karena masih 1 tempat pencarian. Namun karena tubuh sudah agak lelah, hati ini berharap ada kamar yang bisa segera digunakan. Namun kakek itu mencoba bertanya kepada salah satu penghuni kamar yaitu 3 orang pemuda yang kelihatannya sudah akan berkemas-kemas. Kakek berambut putih itu bertanya kepada ke3 pemuda itu, "rencana mau pulang jam berapa". Salah satu pemuda itu lantas menjawab "jam 7 eyang". Lalu istriku yang mendengar hal tersebut bertanya kepadaku, "gimana", aku jawab "ya udah gpp ditunggu saja, lagi pula jam 7 kan sebentar saja". Isteriku sudah tidak sabar untuk melihat isi kamarnya. Hasilnya kami tetap menunggu karena sudah cocok dengan harga dan tempatnya, yaitu kamar mandi dalam dengan harga Rp 80ribu tanpa boleh ditawar. Setelah aku mengucapkan terima kasih dengan pemuda dari hotel sebelah, pemuda itu pun pergi dengan tersenyum ramah. Sambil kakek berambut putih itu membersihkan kamar yang akan kami tempati, kami berdua kembali ke parkiran untuk mengambil tas barang yang besar untuk ditaruh di kamar penginapan tersebut. Akhirnya kami mendapat penginapan murah juga. Kata istriku dia senang penginapan tadi karena dekat dengan masjid. Alhamdulillah, karena emang selama ini kalau deket2 sarkem (pasar kembang) selalu lebih menonjol aora negatifnya. Selanjutnya kami berdua bisa mandi dan beristirahat sebentar karena malam nanti kami pingin berjalan-jalan dan menikmati kota jogja dari sudut MALIOBORO dan kopi JOSS.



Banyak pemandangan gini, tertarik?

Kami memutuskan untuk berjalan-jalan di Malioboro pada jam 8 malam setelah isteriku mandi segar. Aku tidak mandi karena badanku terasa agak meriang. Tapi badan kiranya masih tetep fine lah kalau dibuat jalan2, tidak masalah. Kami berjalan santai hanya sekitar 100 meter dari penginapan menuju ke Maliboro. Melewati 1 gang dan 1 jalan sampailah ke MALIOBORO. Kurasakan nikmatnya keramaian yang lama kurasakan dahulu, ternyata malioboro masih memberikan napas yang sama dengan kharisma dahulu. Kami menyusuri lorong penjual-penjual di Malioboro, tidak banyak barang yang menarik perhatian kami. Batik, pernak-pernik, semuanya masih sama saja. Kami berdua hanya membeli lambang kraton kecil untuk dipasang di plat nomor nantinya dan dompet gantungan kunci mobil. Untuk lambang kraton kecil ditawakan oleh pedagang pertama 65ribu, di pedagang lain dengan barang yang sama persis  berhasil ditawar hanya dengan 10ribu. Untuk dompet gantungan kunci 45ribu berhasil ditawar menjadi 15 ribu saja. Murah,,, iya karena banyak pedagang yang ngawur saja nyebut harga, pastikan barang tersebut pantas dihargai berapa. Kebanyakan pedagang di Malioboro malah berasal dari luar Yogyakarta. 

KOPI JOS
Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan kaki kami berdua untuk nongkrong di angkringan kopi joss. Kalau dilihat dari peta, kiranya agak jauh jika berjalan kaki dari posisi kami. Maka kami menggunakan jasa becak (yg dari awal sudah banyak tukang becak yg menawarkan jasanya), dengan harga 10ribu sampai ke Kopi Joss. Tidak jauh dari jalan Malioboro, kami sampai di kopi joss diantar oleh mr Becak yang menggunakan caping dan seragam paguyuban becak. Tarifnya 10 ribu. Sesampainya disana layaknya orang yang belum pernah nongkrong di kopi joss itu ada seorang (semacam tukang parkir) yang merekomendasikan penjual kopi joss yang bertenda. Karena memang disana begitu banyak angkringan semua bernama kopi joss. Tapi karena saya sendiri sudah pernah ke sana dan waktu itu bersama seorang teman yang mengenal kota jogyakarta, maka saya memilih tempat yang dulu sudah pernah yaitu di "Kopi Jos Lek Man". Kami memesan beberapa menu yaitu kopi, jahe, 2 kepala ayam, 2 tempe dan 2 nasi bungkus, untuk kepala ayam, tempe mendoan dibakar diatas arang. Kami mendapat tempat duduk lesehan di trotoar seberang penjual angkringan tersebut, yang memang suasananya anak muda sekali dan ramai pengunjung, memang tempat itu kalau sudah malam tidak pernah sepi. Semuanya dibayar dengan harga 16 ribu saja untuk yang kami pesan. 

Kopi Joss "Lik Man"

Setelah dibakar, makanan tersebut diantar ke tempat kami nongkrong, beserta kopi dan jahe yang kami pesan. Di kopi yang aku pesan terdapat arang 2 potong didalamnya, mungkin ini yang dinamakan kopi joss.. kopi dicemplungi arang yang membara, jadi suaranya "mak jossss" (ini kata ibuku). Kuhirup dan kusruput kopi nya yang kental, nahh ini rasanya sangat nikmat, arang yang dicemplungkan itu menambah nikmat rasa dan aroma kopinya, rasanya semakin kuat, tidak terlalu manis, nikmat sekali. Istriku sangat menyukainya walau dia tidak memesan kopi tersebut. 



Angkringan pertama di kota Yogya

Rasa jahe dan makanan lain terasa biasa, kecuali kepala ayam yang sudah dibakar dan nasi bungkus terasa memadu kuat cocok untuk mengisi perut di malam itu, mantab sekali rasanya. Alhamdulillah. Setelah dirasa cukup, kami tidak kelamaan nongkrong disitu, karena kami berdua tidak suka terlalu lama nongkrong. Kami kembali ke penginapan untuk segera istirahat untuk besoknya bisa jalan-jalan lagi. Besok kami akan ke taman sari. Istriku belum pernah kesana, akupun baru sekali kesana. 


TAMAN SARI

Keesokan harinya aku dan istriku bangun, setelah mandi dan solat Subuh yang agak kesiangan, kami mencari sarapan di sekitaran Malioboro, ketemu dengan penjual Pecel Madiun. Entah kenapa penjual yang rame dikunjungi pembeli kebanyakan enak. Kami memesan 2 pincuk pecel madiun, sate ayam buntel, tempe dan peyek kacang, minum teh hangat. Semuanya dibayar dengan harga 18 ribu. Harga yang murah untuk sarapan pecel dengan sate tersebut. Baiklah setelah kenyang kami harus kembali ke penginapan untuk berkemas-kemas untuk check-out dan sekalian ke Taman Sari. Taman sari setahuku adalah pemandian Raja dan Selirnya. Setelah berpamitan dengan pemilik rumah penginapan, kami berjalan menuju ke parkiran stasiun untuk mengambil mobil, masukkan semua barang ke bagasi, panasin mesin, siap lanjutkan perjalanan ke taman sari. Karena kami tidak mengetahui arah menuju kesana, aku menyalakan ponsel nokia 5800 ku, lumayan dengan panduan GPS, tak lama kamipun sudah hampir sampai ke taman sari, tidak perlu repot bertanya ke orang. 


Kolam Taman Sari


Sesampainya di Taman Sari, seperti dulu suasananya masih banyak Guide yang akrab menawarkan jasanya untuk memandu. Namun kami berdua sudah berniat untuk tidak menggunakan jasa tersebut. Setelah membeli 2 tiket masuk taman sari @3000,-, kami masuk ke wilayah taman sari. Banyak juga turis asing yang berminat untuk mengunjungi tempat wisata ini. Luar biasa, taman sari sekarang ini sudah di pugar dan direnovasi tidak seperti beberapa tahun yang lalu aku kesini. Sekarang tampak lebih bersih. Kekurangan dari taman sari ini, sepertinya lokasinya hanya itu itu saja, padahal ada jalan menuju ke masjid bawah tanah yang unik. Dan biasanya untuk mencapainya kudu menggunakan Guide. Namun beruntung ketika kami kebingungan untuk mencari lokasi maka penduduk sekitar bersedia dengan senang hati untuk membantu menunjukkan arah. Alhamdulillah semua tujuan wisata yang aku bahkan istriku belum pernah sudah tertapak kaki kami berdua.


Ikut Nampang


Taman sari ini sebenarnya banyak cerita yang tersimpan dan jika lebih memilih menyewa guide akan lebih bermakna karena banyak cerita-cerita yang tidak akan kita ketahui. Seperti sang raja biasa melempar bunga dari menara dan diperebutkan para selirnya atau rumah-rumah disekitar pemandian tersebut adalah keturunan ningrat karena keturunan dari selir-selir jaman dahulu yang bertempat tinggal turun temurun disekitaran situ dan lain sebagainya. Namun untuk kebenaran ceritanya memang bisa kita cari di beberapa referensi, karena guide disana pun tidak pernah mengalami jaman tersebut, hanya mendengar dari cerita orang-orang tua nenek moyangnya. Namun aku melihat ada guide yang sudah senior, mungkin seumuran Alm Bapakku, sebenarnya aku tertarik untuk diceritain oleh orang tersebut, namun ya sudahlah, untuk cerita taman sari ini bagiku biasa saja.
Masjid Bawah Tanah


Kesan di taman sari memang menyenangkan, namun sebaiknya pemerintah mengelola lebih baik dan diberikan petunjuk jelas agar semua wisatawan bisa meng-explore seluruh bagian taman sari, sehingga dunia lebih mengenalnya. Sekian untuk traveling kali ini semoga dilain waktu bisa dilanjut lagi dengan petualangan yang lebih seru dan menyenangkan ya sayang... :)

"Kupersembahkan tulisan ini untuk Isteriku tercintaku;

"Nuraini Dewi Maharani"

Wednesday, May 02, 2012

Birthday Surprise


Kue Ultah ku, pagi-pagi sudah ada kue ultah. My wife yang tercinta sengaja menyiapkan ini semua di belakangku. Lihai juga dia, sampai-sampai aku ga nyangka. Padahal aku udah pesan bahwa ga usah macam-macam pas aku ultah. Ultahku yang ke 28 saat ini semoga di tahun ini bisa lebih baik dan selalu dirahmati Alloh Swt. Sengaja di FB tidak kutampilkan pemberitahuan ulangtahun, karena pingin tahu siapa aja yang ingat sama ultah kita, ternyata hanya istriku, Ibu, Kakak, Ponakan, Tante Fat dan sedikit teman (Anjar dan Rima). Ya ternyata sadar social networking emang bener-bener semu, teman hanya sebatas dunia maya hehe.


my Wife
Saatnya potong kue, sebelum berangkat kerja, waktu yang sangat mepet dan sangat memalaskan, situasi yang nikmat ah tapi harus bekerja. Entah apa aku pemalas, apa pekerjaanku sebagai call center yang emang ga cocok buat perkembangan psikologisku. I dont know. Lihat tulisan di kue nya "Happy Birthday My Lovely Husband", hehe belum pernah lho aku dapat ucapan di kue like this. Sayang nya ga ada namaku di kuenya, padahal kalau ada tulisannya "Happy Birthday My Lovely Husband Ariestu" wuih rasanya lebih deg-deg-an. Katanya sih, kalau gitu kan kepanjangan, bisa-bisa 2 kue tart (bangkrut). Tapi kan bisa aja kalau my Husband itu kan bisa aja bukan aku, iya kan. Hehehe. Masih ada kejutan buatku dari my wife, yaitu kado, ternyata kado dari istriku adalah yang paling spesial (bukan indomie ayam spesial lho), tapi HELM baru!!!, Alhamdulillah helm berlabel merk MDS protector dibelinya dengan merogoh kocek yang cukup dalam. Setelah mengetahui bahwa aku sering mengeluh kepala selalu gatal-gatal karena jamur di helm yang lama. Beginilah kue ultahnya dan isi kartu ucapan selamat dari my Wife :

kue ultah
"Selamat Ulang Tahun, Hampir 2 Tahun ini aku bersamamu.... Sudah banyak hal, peristiwa, entah sedih atau tawa. 20 April ini genap 28 tahun dirimu, belum tua kok santai aja, hehe. Namun sudah waktunya untukmu segera berbenah..melanjutkan semua keinginanmu yang sempat tertunda, suamiku. Teruslah berpikir positif, selalu semangat dan tetap lurus di jalan NYA. Doaku selalu dalam setiap Sholatku, supaya suamiku selalu dilimpahi nikmat sehat & nikmat syukur, diberikan keluasan rizeki, serta dimudahkan dalam semua urusan, di dunia dan di akherat nanti, Amin. Suamiku teruslah mencintaiku, saling membantu dan saling berbagi. Semoga Alloh segera melengkapi keluarga ini. Amin. Istriku".

Iya istriku, terima kasih sekali, AMIEN, walau aku susah atau tidak pintar dalam berterima kasih, aku selalu bersyukur dan bahagia mempunyai istri secantik dirimu. Alhamdulillah.

kesiangan bangun potong kue

Syukuran makan-makan di Ayam Lombok Ijo
Akhirnya acara ulang tahunku diakhiri di warung lombok iji, ayo mari makan-makan. Ini penampakanku umur 28 tahun.

2012
Sebelah kanan ada mamaku yang senang pakai kacamata walaupun agak sedikit miring karena kurang pas haha. Bisa dibandingkan penampakan diriku saat ini sama beberapa tahun yang lalu. Semoga dengan bentukku yang sekarang ini bisa lebih diterima dan dicintai oleh keluarga terutama istriku yang tercinta.. haha.

2008
Lihat penampakanku di tahun 2008 kala aku ultah di pizza hut ini. Sambil berpangku dagu, masih belum punya banyak daging, seharusnya aku bangga waktu itu. Banyak sekali perubahan waktu itu sampai saat ini, lika-liku kehidupan, dari sendiri sampai punya istri saat ini. Susah, sedih dan senang bercampur silih berganti.

menu lombok Ijo
Akhirnya makanan datang, ayo kita makan yuks. Mari. Ayam goreng, sambal ijo, lalapan, sop buntut dan es campur menunya. nikmat dan Sikaaat..

Sekian cerita kali ini dan sampai jumpa :)

Saturday, September 03, 2011

Kuliner Sukorharjo

Yang lain pada arisan keluarga, saya malah nyari jajanan diluar.

Dewi: "Pingin Leker kui lho Yah..."
Ariestu: "heehh, ngendi?"
Dewi: "kui lho, minggiro"
Ariestu: "Oke, tapi aku mengko terke nyoto sing pas kae ya hehe"

Kental ya bahasa jawa di percakapan ini, ini khas kami berdua suami istri sehari-harinya. Dewi tampak gemuk waktu ini dia mengandung. Namun sayang nya kami belum diberi kepercayaan Alloh. Kami tidak jadi diberikan putra waktu itu, setelah beberapa waktu istriku ini keguguran, Semoga kedepannya kami secepatnya dikaruniai keturunan, amin.


leker deket rumah sukoharjo




Ngambek dan Ketiduran

Ada juga anak kecil yang ga ikut bagi-bagi fitrah, karena ngambek sekaligus ngantuk. Tidur pulas dia. Tidur apa semaput ga tahu. Ini Abim putra mas Jarot (putra ke 10 Pak Rasmo). Mungkin kecapaian dari Sragen dan sehabis bermain dengan si Arum putri mas Hastho (putra ke 8 Pak Rasmo).
abim lagi ngambek


Sayang ga sempet ambil gambar Arum, dia lagi sakit karena katanya kangen sama bulik Dewik (isteriku) yang udah lama tidak pulang kampung. Ajaibnya  emang langsung sembuh begitu ketemu. Dia kepingin diajak ke Water World Pandhawa seperti tempo dulu (mungkin terkenang kali ya). Haha, lucunya dia ga mau di ajak Bapak atau Ibu nya, karena ga percaya mereka tahu tempatnya, yang tahu cuma wiwik sama Omm Ariestu. Haha dasar anak kecil.

Tradisi Bagi Fitrah

Dikeluarga istriku biasa tradisi pemberian fitrah. Dari kakak yang paling tua ke adik yang paling muda, atau bisa juga sebaliknya, semua memberi, berapapun jumlahnya. Saya kira memberi dalam bentuk angpau, ternyata lembaran uang kebanyakan langsung diberikan tanpa amplop. Dalam momen Lebaran, yang terpenting adalah saling memberi, momen yang tidak mudah dilupakan, rutin setiap tahunnya. Di dalam tradisi keluargaku tidak selalu ada ritual ini. Suatu hal yang berbeda ketika aku masuk dalam lingkungan keluarga ini. Apalagi di keluarga istriku ini sekali berkumpul bisa 50 orang termasuk anak kecil.

Mas Hudip sedang membagi fitrah
Acara arisan
Acara arisan bulanan juga ada, kadang disatukan dengan lebaran dan membuat acara berkumpul semakin seru. Berkahnya anak kecil, biasanya yang paling banyak mendapat uang fitrah. Saya sendiri juga langganan mendapat uang fitrah walau tidak banyak, namun lumayan juga. Alhamdulillah. Namun tidak ketinggalan kami pun membuat amplop yang diisi uang untuk dibagikan juga walau tidak banyak, karena istriku terhitung anak bungsu, walaupun sudah banyak sekali keponakannya.

Mbak Nyumik sedang membagi fitrah ke Nabila

Tentang Makanan
Banyak sekali makanan yang dihidangkan sewaktu perkumpulan keluarga ini. Dari makanan yang besar sampai snack yang terhidang di meja.  Masakan di rumah istri saya yang pernah saya cicipi, sebagian besar adalah makanan seperti daging dan jerohan, jarang sekali menu seperti sayur lodeh, tempe goreng, atau telur, hahaha ya iyalah itu menu seadanya. Berbeda dengan masakan yang selalu kutemui di rumah istriku yaitu seperti sop atau sayur asam dengan potongan daging, otak goreng, daging, ayam, ikan, hati, kikil. Beberapa jajanan khas disana yang selalu ditemui adalah tape ketan dibungkus daun. Memang hidangan tersebut terasa biasa bagi orang wilayah tersebut, namun lain halnya untuk tamu dari kota lain. Pernah suatu ketika saya melihat om saya yang pernah berkunjung di rumah isteri saya pada waktu acara perkenalan keluarga di tahun 2010 silam, om saya tidak bisa berhenti untuk menikmati tape ketan tersebut. Memang rasanya manis dan segar jika dimakan siang2 yang panas.
ilustrasi tape ketan, isinya berwarna putih

Sederhana, namun acara keluarga ini menjadi pelajaran bagi saya perihal kebersamaan dan tradisi. Pada awalnya aku masuk dalam keluarga ini dengan menjadi suami dari anak terakhir Bp Sri H Surasmo ini selalu kesulitan dan membutuhkan waktu untuk menghafal dan mengenal satu persatu keluarga yang terdiri dari kakak serta keponakan semua. Namun setelah mengenal satu persatu beserta karakteristik mereka, tampaknya saya sudah bisa menikmati memiliki keluarga besar seperti ini.

















Keramaian pas bagi fitrah ini tidak ternilai harganya, semua kebersamaan, silaturahmi, gelak tawa kebahagiaan. Seharusnya memang karena ini adalah momen lebaran. (kamera video diambil oleh den Condro-putra Mas Basuki. Semoga momen setiap tahun ini bisa terus berlangsung, bahkan di keluarga besar Ibu saya mulai akan melangsungkan kegiatan rutin silaturahmi kembali, karena sudah lama tidak diselenggarakan.



Ramainya Lebaran

Malam lebaran budhe Endro beserta mas Yoyok sekeluarga datang untuk silaturahmi, alhamdulilah bisa bertemu dan makan opor bersama dikeesokan harinya. agak kesulitan dan kebingungan karena lebaran ga ikut pemerintah. Mau Solat Ied dimana, namun setelah bertanya ke tetangga (Pak Darmawan Amirnoto) yang termasuk Muhamadiyah, maka jelaslah bahwa solat dilaksanakan di RS romani dekat rumah.

siap2 mau sholat Ied

Baru kali ini, tapi banyak juga. Ya perbedaan memang perbedaan, semoga perbedaan ini dipandang dari sudut keindahan bukan perpecahan.. :)

makan opor di Singosari


Dua kloter lebaran 2011

Malam hari tanggal 27 agustus 2011, aku sudah bilang istri dan ibuku, "ayo kita buat opor dan ketupat". mereka pun setuju, alhamdulillah walau istriku masih hamil muda, tapi dia suka masak, walau mencium aroma bumbu dia serasa ingin muntah tapi tidak menyurutkan niatnya untuk menyenangkan Suami dan Ibuku. Maka berangkatlah seorang pemuda tanggung 27 tahun bersama ibunya menunggang Honda REVO menuju ke pasar untuk membeli paralatan pelengkap lebaran itu. Sore hari pun datang, bedug adzan pun terdengar, seperangkat alat lebaran udah siap (lontong, kupat, opor ayam, sambal ati, dsbg). Mari berbuka, almadulillah. Rasa masakan isteriku ini sangat spesial, walau sederhana, sering kubilang rasa masakan isteriku ini seperti masakan orang tua. Orang tua itu kalau masak kan pengalaman, tenang dan bumbunya mantab tapi pas, ga berlebihan dan emosi. Ini puasa terakhir dan besok lebaran.

sholat Ied Fitri diselenggarakan
 oleh RS roemani (muhammadiyah)
Sambil sendawa, diriku membuka acara tivi dengan remote yang sengaja kuarahkan berlawanan dengan tv dan mengandalkan pantulan tembok (kebiasaan anehku). Acaranya adalah sidang Isbad, Masya Alloh, lebaran pemerintah ternyata tanggal 31. Whats.. status di FB banyak yang mencela dan menyesal begini contohnya "karena setitik hilal, rusak opor sebelanga" atau "dijual cepat opor ayam dan kelengkapannya. tanpa perantara, dari pada basi!!!" haha, lucu-lucu juga kawan. Belum lagi reportase di televisi orang-orang ada yang emosi karena masakannya kebuang. Namun jangan begitu, kalau memang manteb dengan pemerintah, makan tu opor pas sahur, tapi kalau manteb sama hilal yang lebih cepet ya lebaran aja walau ga rame-rame, toh Arab, Malaysia dan Singapore bisa menentukan 1 hari Idul Fitri yaitu tanggal 30. Nah sekarang yang penting jangan mengeluh. Sip, ternyata lebaran sudah diputuskan oleh kita ikut yang Muhamadiyah, Alhamdulillah walau tak terdengar takbir yang keras, tadinya ada tapi ganti ngaji biasa. Tarawih di Masjid terdekatpun tidak ada, karena penentuan hilal yang baru jam 8 malam ditetapkan. Semoga tahun besok pemerintah dapat lebih tegas dan sosialisasi metode yang akurat dalam menentukan hilal.

Malam Takbiran

Takbiran keliling kampung, tradisi kita masyarakat Indonesia untuk merayakan kemenangan setelah puasa 1 bulan lamanya. Tradisi ini dilengkapi dengan letusan mercon-mercon dan kembang api yang terdengar dari dalam kantor. Mirip tahun baru atau malah mirip gong xi fat cai.

depan kantor buat mainan mercon
Suara takbir malah terdengar lirih pelan. Semakin besar kembang api/mercon yang dinyalakan semakin riuh tepuk tangan mereka. Aku rasa esensi dari malam takbiran sudah semakin sudah hilang. Ya karena mungkin suasana Semarang yang semakin nikmat untuk pejalan kaki, karena di atur tegas kebijakan untuk pejalan kaki dan trotoar. Ditambah hangatnya kota Semarang di malam hari. Mari beribadah dirumah atau masjid, akan lebih baik. Jam 11 malam, pulang dari kantor pun jadi pekerjaan yang susah, karena jalan yang ditempuh menjadi macet. Perlu bantuan sekuriti kantor untuk membuka pintu gerbang bagian belakang agar bisa pulang. Jam 11.30 bisa pulang sampai ke rumah. Besok pagi-pagi sekali harus melakukan perjalanan ke Sukoharjo menggunakan Travel.

Friday, September 02, 2011

Yang dicari emang macet

Acara Mudik dan Arus Balik diwarnai dengan kemacetan lalu lintas, ini sangat berbeda dengan tahun kemarin. Ini karena antusias pemudik menggunakan kendaraan pribadi semakin meningkat. Pemandangan ini diambil dari bus jadi agak tinggi.

boyolali




Friday, April 17, 2009

Sabtu di Kantor

Foto pakai HP temen, Ke PD-an
Nuansa bekerja di TELKOM lantai 7 Utara. CS outbound call, kerjaannya nelpon2 pelanggan telkom untuk salam sapa dan marketing

Wednesday, January 07, 2009

Marina beach


Kali kali ke pantai yuk, pantai ini paling wajib dikunjungi orang Semarang. Letaknya di perumahan kompleks taman marina semarang. Disini banyak villa dan rumah2 mewah. Walau tampak membosankan buat warga semarang, tapi pantai ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja untuk acara2 santai, bersepeda dan foto2 buat pre wedding. Ini karena lokasinya mudah dan dekat dari perkotaan.

pantai Marina
Dimanapun orang Semarang pasti tahu kalau foto beginian ada trotoar di bawah kaki kita, cirinya pantai marina. :D